TIGA JARI
Yang mulia Syaikh Waasi' Ahmad Syaikhudin (semoga Allah merahmatinya) memperlihatkan tauladan yang indah tatkala makan sahur dan berbuka puasa dikala khalwat, yakni menggunakan tiga jari dan dikunyah sebanyak 33 kali sambil hatiselalu menyebut kalimat ‘Laa Ilaaha Illaallaah’.
Murid yang mengikuti hal ini merasa kesulitan, yang tadinya makan sahur selama lima minit bisa menjadi sepuluh minit.
Ternyata hal yang demikian merupakan salah satu kebiasaan Nabi,saw.
Setelah sekian lama barulah disedari bahwa Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) membuat kiasan-kiasan dalam mendidik murid-muridnya, agar dikemudian hari dapat memahami makna-makna batiniyah dari kehidupan ini.
Perintah makan menggunakan tiga jari, dimaknai sebagai perintah untuk mencari pengetahuan melalui tiga jalan.
Karena pengetahuan merupakan penguat jiwa, sebagaimana makanan merupakan penguat badan.
Dan keadaan jiwa sama denan keadaan badan, sebab hubungan antara keduanya sangat erat.
Salah satu jalan bagi jiwa untuk mendapatkan makanan pengetahuan adalah indera perenungan, yang dengan itu jiwa merasakan kewujudan-kewujudan yang dapat difahami.
Dalam hal ini para murid diperintahkan oleh Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) untuk setiap malam melakukan ‘muroqobah’, yakni merenungkan ayat-ayat al Qur’an agar niscaya Allah SWT mengkurniakan pengetahuan dan ‘rasa’.
Melalui jalan ini para wali mendapatkan karomah dan para alim mendapatkan ma'unah (pertolongan)
Manusia jarang sekali mencari pengetahuan melalui jalan ini, kecuali bagi jiwa-jiwa yang dipilih-Nya.
Oleh karenanya sedikit pula manusia yang dapat melakukan tak’wil Al Qur’an, karena tak’wil yang cermat hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang hatinya bercahaya lantaran gigihnya melakukan perenungan.
Jalan kedua dan ketiga adalah melalui pendengaran (sam’a) dan penglihatan (nazir), dan ini umum dilakukan oleh manusia.
Jalan yang kedua, jiwa menerima makna kata-kata, dan khabar tentang benda-benda tak terlihat yang ditunjukkan oleh suara-suara.
Sedangkan jalan yang ketiga, jiwa menyaksikan benda-benda yang ada.
Ilmu pengetahuan haruslah didapat melalui tiga jalan ini, sebagaimana makan menggunakan tiga jari, Allah SWT berfirman
‘Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.’ (Al-Qur'an Surah 23 : Ayat 78)
Dengan cara itu Allah SWT menyalahkan mereka yang tidak memanfaatkan karunia-karunia ini,
Allah SWT juga berfirman :
‘Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.’
(Al-Qur'an Surah 7 : 179)
Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja.
mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS 002 : Ayat 171)
Mereka tuli terhadap realiti-realiti, bodoh terhadap hal-hal yang rumit, buta terhadap objek-objek ruhaniyah, atau objek-objek yang dapat dipahami dengan mata hati.
Allah jelas-jelas tidak bermaksud menyalahkan mereka karena tidak mendengar suara, tidak melihat warna-warna, dan tidak mengetahui permasalahan kehidupan.
Tidak, Dia menyalahkan mereka hanya karena mereka tidak memahami urusan kembali kepada Tuhan, sebagaimana yang Allah SWT firmankan :
‘Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.’
(Al-Qur'an Surah 30 : Ayat 7)
Yang mulia Syaikh Waasi' Ahmad Syaikhudin (semoga Allah merahmatinya) memperlihatkan tauladan yang indah tatkala makan sahur dan berbuka puasa dikala khalwat, yakni menggunakan tiga jari dan dikunyah sebanyak 33 kali sambil hatiselalu menyebut kalimat ‘Laa Ilaaha Illaallaah’.
Murid yang mengikuti hal ini merasa kesulitan, yang tadinya makan sahur selama lima minit bisa menjadi sepuluh minit.
Ternyata hal yang demikian merupakan salah satu kebiasaan Nabi,saw.
Setelah sekian lama barulah disedari bahwa Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) membuat kiasan-kiasan dalam mendidik murid-muridnya, agar dikemudian hari dapat memahami makna-makna batiniyah dari kehidupan ini.
Perintah makan menggunakan tiga jari, dimaknai sebagai perintah untuk mencari pengetahuan melalui tiga jalan.
Karena pengetahuan merupakan penguat jiwa, sebagaimana makanan merupakan penguat badan.
Dan keadaan jiwa sama denan keadaan badan, sebab hubungan antara keduanya sangat erat.
Salah satu jalan bagi jiwa untuk mendapatkan makanan pengetahuan adalah indera perenungan, yang dengan itu jiwa merasakan kewujudan-kewujudan yang dapat difahami.
Dalam hal ini para murid diperintahkan oleh Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) untuk setiap malam melakukan ‘muroqobah’, yakni merenungkan ayat-ayat al Qur’an agar niscaya Allah SWT mengkurniakan pengetahuan dan ‘rasa’.
Melalui jalan ini para wali mendapatkan karomah dan para alim mendapatkan ma'unah (pertolongan)
Manusia jarang sekali mencari pengetahuan melalui jalan ini, kecuali bagi jiwa-jiwa yang dipilih-Nya.
Oleh karenanya sedikit pula manusia yang dapat melakukan tak’wil Al Qur’an, karena tak’wil yang cermat hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang hatinya bercahaya lantaran gigihnya melakukan perenungan.
Jalan kedua dan ketiga adalah melalui pendengaran (sam’a) dan penglihatan (nazir), dan ini umum dilakukan oleh manusia.
Jalan yang kedua, jiwa menerima makna kata-kata, dan khabar tentang benda-benda tak terlihat yang ditunjukkan oleh suara-suara.
Sedangkan jalan yang ketiga, jiwa menyaksikan benda-benda yang ada.
Ilmu pengetahuan haruslah didapat melalui tiga jalan ini, sebagaimana makan menggunakan tiga jari, Allah SWT berfirman
‘Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.’ (Al-Qur'an Surah 23 : Ayat 78)
Dengan cara itu Allah SWT menyalahkan mereka yang tidak memanfaatkan karunia-karunia ini,
Allah SWT juga berfirman :
‘Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.’
(Al-Qur'an Surah 7 : 179)
Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja.
mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS 002 : Ayat 171)
Mereka tuli terhadap realiti-realiti, bodoh terhadap hal-hal yang rumit, buta terhadap objek-objek ruhaniyah, atau objek-objek yang dapat dipahami dengan mata hati.
Allah jelas-jelas tidak bermaksud menyalahkan mereka karena tidak mendengar suara, tidak melihat warna-warna, dan tidak mengetahui permasalahan kehidupan.
Tidak, Dia menyalahkan mereka hanya karena mereka tidak memahami urusan kembali kepada Tuhan, sebagaimana yang Allah SWT firmankan :
‘Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.’
(Al-Qur'an Surah 30 : Ayat 7)